Jumat, 02 Oktober 2009

President University dan G&P Retail Consulting Siapkan Profesional di Bisnis Ritel Modern

Sektor Ritel modern Indonesia berkembang pesat seiring masuknya pemain asing yang mendominasi ritel modern Indonesia. Sayangnya kemajuan sektor ritel modern tidak serta merta diimbangi oleh ketersediaan sumber daya manusia Indonesia yang memadai. Sebagai konsekuensinya bisnis ritel modern menyerap tenaga lulusan terbaik dari berbagai disiplin ilmu untuk menjalani program Management Trainee (MT) di perusahaan ritel khususnya peritel multinasional dan nasional. Program MT dimaksudkan untuk mendidik tenaga fresh lulusan perguruan tinggi dari berbagai jurusan untuk belajar bisnis ritel modern dari berbagai aspek. Idealnya program ini berlangsung dalam kurun waktu 1 tahun namun kecepatan pertumbuhan sebuah bisnis seringkali lebih cepat dari selesainya program sehingga seringkali program ini pun tidak berjalan sebagaimana dengan waktu yang direncanakan.
Jika perusahaan besar mampu menyediakan program MT bagaimana halnya dengan perusahaan ritel skala menengah dan kecil, di daerah, yang kurang memiliki pengetahuan tentang bagaimana mendidik seseorang fresh graduate untuk menjadi profesional di bisnis ritel? Peritel daerah ini terus tumbuh. Mereka akhirnya harus merekrut tenaga yang ada di pasar. Masalahnya tidak semudah itu. Pertama, dalam memperebutkan sumber daya manusia (SDM) terbaik pastilah peritel kecil akan kalah menarik dibandingkan peritel skala besar yang punya nama. Kedua, SDM dengan pengalaman beberapa tahun saja di peritel besar akan berharga sangat mahal sehingga taruhan bagi peritel kecil adalah sangat besar karena belum tentu profesional yang telah dibayar mahal tersebut mampu menjawab tantangan pekerjaan sebagaimana diharapkan. Intinya, ketersediaan tenaga terdidik dan berpengalaman masih jauh di bawah kebutuhan industri ritel modern dan hal ini merupakan masalah utama di seluruh bagian wilayah Indonesia tanpa kecuali.
Melihat fakta yang ada di industri inilah President University, Faculty of Business and International Relations bersama-sama dengan G&P Retail Consulting membentuk Retail Business Concentration dibawah koordinasi Program Studi Administrasi Bisnis (Business Administration). Program Konsentrasi ini diluncurkan pada awal semester bulan September 2009 ini.
Sejumlah matakuliah konsentrasi yang ditawarkan akan meliputi matakuliah di bidang Retail Operation, Retail Merchandising/Buying, Retail Marketing & Communication, Retail Business Information Technology; dimana seluruh aspek dalam dunia ritel modern yang harus diketahui oleh mahasiswa untuk memungkinkannya menjadi peritel handal setelah lulus.
Kurikulum disusun dengan mengedepankan bukan saja aspek teori namun terlebih lagi ilmu terapan yang sesuai dengan iklim usaha ritel Indonesia tanpa mengabaikan perkembangan ilmu ritel di negara maju lainnya untuk itu President University juga akan melakukan kerja sama dengan institut dari beberapa negara lain.
Program Konsentrasi Retail Business ini merupakan program studi Strata 1 bergelar Bachelor of Business Administration (BBA) yang bisa diselesaikan mahasiswa dalam waktu 3,5 tahun, dimana didalamnya sudak termasuk Program Internship (magang) yang wajib dilakukan oleh mahasiswa serta penyusunan skripsi yang akan mengkedepankan diskusi masalah-masalah bisnis ritel yang up-to-date.
Selain menerima mahasiswa baru, Program Konsentrasi Retail Business yang baru dibentuk ini juga menerima mahasiswa transfer dari program studi lain yang sudah menjalani perkuliahan yang ternyata lebih tertarik dengan masa depan karir yang menjanjikan dari lulusan Program Konsentrasi Retail Business.
Christian F. Guswai, Konsultan bisnis retail yang digandeng President University untuk menyiapkan Program Studi Konsentrasi Retail Business, mentargetkan serapan 100% dari lulusan yang dihasilkan oleh program konsentrasi ini. Alasannya, lulusan Program Konsentrasi Retail Business President University ini tidak saja dibekali teori ilmu ritel terapan dari pengalaman panjang beliau selaku praktisi namun juga akan dilengkapi dengan pengalaman kerja nyata selama magang (internship) di perusahaan-perusahaan ritel ternama yang bekerja sama dengan President University. Sehingga lulusan program studi bisnis ritel ini telah siap bekerja di perusahaan ritel yang membutuhkan.

Selasa, 29 September 2009

Siapakah Orang Terkaya Di Dunia? Yang pasti bukan Bill Gates atau Warren Buffett


Laporan orang terkaya di dunia telah diumumkan oleh majalah bisnis Forbes edisi 11 Maret 2009. Jika Anda mengatakan Bill Gates di nomor 1 (kekayaan bersih 40.0 Milyar USD) dan Warren Buffet di nomor 2 (dengan kekayaan bersih 37 Milyar USD) maka itu tidak 100% benar karena sesungguhnya orang terkaya di dunia adalah keturunan dari raja Bisnis Ritel Dunia yaitu keturunan dari pendiri Wal-Mart alias putra putri Sam Walton.
Mari kita lihat data berikut. Meskipun berada diurutan 11 sampai 14 dari daftar orang terkaya di dunia namun jika kekayaan bersih dari Jim, Alice, Christy, dan Robson yang kesemuanya bermarga Walton digabung maka total kekayaan mereka berempat adalah 70.6 Milyar USD, atau hampir menyamai bahkan jika kekayaan Bill Gates dan Warren Buffett digabung jadi satu.
Banyak dari klien saya bertanya apakah prospek bisnis ritel masih baik? Jawabannya pasti, jika dan seandainya dikelola dengan benar maka hampir dipastikan bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang luar biasa.
Sam-Walton bukanlah pendiri konsep hypermarket. Konon, di sebuah buku diceritakan bahwa sesungguhnya Sam Walton pergi ke Eropa mempelajari bagaimana konsep hypermarket yang telah dimulai oelh Carrefour. Konsep itulah yang dibawa oleh Sam ke Amerika untuk dikembangkan dengan bendera Wal-Mart.
Dengan kata lain Sam Walton tidak menemukan konsep hypermarket namun hari ini tidak ada yang bisa membantah bahwa Wal-Mart yang dibangun dengan konsep meng-copy dari Carrefour telah menjadi bisnis raksasa dan menjadi yang terbesar di dunia.

Jumat, 05 Juni 2009

Bukan yang Terbesar tetapi yang Terbaik (Belajar dari Stew Leonard's)


Saat ini banyak perusahaan memimpikan untuk menjadi yang terbesar. Meskipun banyak yang menginginkannya namun justru itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan.
Sebuah bisnis ritel yang sangat populer di Amerika dengan brand pendirinya Stew Leonard’s telah membuktikan diri bukan menjadi yang terbesar tetapi menjadi yang terbaik. Dan itu bukan pengakuan pribadi melainkan pengakuan pihak-pihak lain secara objektif.
Stew Leonard’s dengan filosofi "Take good care of your people and they in turn will take good care of your customers (perlakukan dengan baik orang-orang Anda dan mereka akan perlakukan dengan baik pelanggan Anda) berhasil menjadikan Stew Leonard’s masuk majalah FORTUNE dalam kategori "100 Best Companies to Work For in America" (100 perusahaan terbaik yang paling diimpikan pencari kerja di Amerika) enam tahun berturut-turut.
Selain itu Stew Leonard’s juga mendapatkan pengakuan dunia dalam hal excellence in customer service and quality dan diabadikan dalam buku Management Expert-nya Tom Peter A Passion for Excellence and Thriving on Chaos.
Pada tahun 1992, Stew Leonard's juga masuk ke The Guinness Book of World Records untuk "the greatest sales per unit area of any single food store in the United States."
Sales mereka hari ini mencapai 300 juta dollar Amerika dan mempekerjakan hampir 2,000 karyawan. Berbeda dengan peritel lain yang memiliki puluhan ribu items dalam tokonya, Stew Leonard’s hanya memiliki 2.000 jenis items saja di tokonya.
Stew menawarkan freshness, quality, dan value (kesegaran, kualitas, dan nilai untuk setiap uang yang dibelanjakan konsumen)
Pengakuan-pengakuan tersebut membuktikan bahwa Stew Leonard’s bukanlah yang terbesar dalam bisnis ritel tetapi mereka adalah sedikit dari yang terbaik. Bahkan Sam Walton di masa hidupnya mengadaptasi bagaimana kehebatan Stew dalam filosofi pelayanan pelanggannya.
Anda pun juga bisa. Menjadi yang terbaik melalui upaya sungguh-sungguh menjadikan bisnis Anda yang satu dari yang terbaik.

Minggu, 10 Mei 2009

Bangsa Mana yang Paling Shopaholics?


Pertumbuhan bisnis ritel tak pernah lepas dari daya beli masyarakat dan ini menjadi semacam indikator kemajuan dari sebuah negara. Benarkan demikian?
Survei Nielsen, sebuah perusahaan riset dunia menemukan fakta bahwa penduduk di Asia Pasifik yang mengatakan bahwa shopping sebagai kegiatan rekreasi mencapai angka 74%.
Jika kita menganggap bahwa para shopaholics (orang yang kecanduan belanja) itu adalah mereka yang berasal dari negara maju dan kaya maka anggapan itu bisa dijungkirbalikkan karena fakta yang disajikan oleh Nielsen berdasarkan riset tahun 2006 menemukan fakta bahwa Indonesia adalah negara urutan kedua di mana 93% respondennya mengatakan bahwa kegiatan belanja sebagai kegiatan rekreasi, hanya selisih sedikit di bawah negara Hong Kong.
Nah ini sebenarnya bisa jadi berita baik bagi negara Indonesia khususnya bagi pengusaha pusat belanja dan pebisnis ritel.
Berita buruknya, apakah gaya hidup bangsa Indonesia ini juga diikuti oleh daya beli? Ini merupakan peluang juga bagi siapapun untuk menjawab kebutuhan baik masyarakat kelas atas maupun kelas bawah karena bangsa yang jumlahnya besar ini selalu merupakan aset penting bagi pertumbuhan ekonomi.
.